Perbankan Indonesia Dinilai “Obesitas” dan Tak Efisien

Ekonom Ryan Kiryanto menilai jumlah perbankan Indonesia saat ini terlalu banyak, sehingga cenderung tidak efisien. Bagi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selaku pengawas dan pengatur industri jasa keuangan pun, kondisi ini menjadi merepotkan.

“Di Indonesia sekarang ada 120 bank. Itu sudah kebanyakan. Industri keuangan yang obesitas seperti itu tidak efisien,” kata Ryan dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (3/5/2014).

Kondisi perbankan yang obesitas, lanjut Ryan, ditambah juga dengan segmentasi pasar perbankan yang tidak adil. Maksudnya, ada bank yang sangat besar dan sangat kecil, namun “bermain” di lahan yang sama.

Dengan kondisi perbankan yang semacam itu, Ryan menilai OJK sebagai regulator tak hanya mengatur dan mengawasi perbankan, namun industri keuangan lainnya pula. “Bank kita tidak efisien sehingga tidak sehat. OJK kan tidak mengawasi bank saja, belum anak cabangnya, lalu pasar modal, asuransi. Belum lagi BPJS. Aset sekitar Rp11.000 triliun diawasi OJK,” ujar dia.

Perbankan, khususnya yang kategori menengah hingga kecil, kata Ryan, seharusnya melihat diri sendiri. Terlebih lagi, pada tahun 2020 mendatang pasar bebas Asean untuk perbankan akan dimulai. Perbankan Indonesia secara umum jangan sampai kalah bersaing dengan perbankan dari negara-negara sekawasan.

“Apa mau terlibas atau dibesarkan. Untuk menambah modal bank banyak caranya. Konsolidasi bisa, sehingga bank-bank kita sudah siap hadapi persaingan,” jelas dia.

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a comment